If One Day the World Betrays Superjunior, ELFs will Betray the Whole World too

Terbaru

Sistem Informasi Psikologi

Sistem

Sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk melakukan suatu kegiatan atau menyelesaikan suatu sasaran tertentu. Sistem memiliki karakteristik (Gerald dalam Agungsr, 2011):

1. Memiliki Komponen

Suatu sistem terdiri dari sejumlah komponen yang saling berinteraksi  membentuk satu kesatuan. Komponen-komponen sistem dapat berupa suatu subsistem dimana setiap sistem tidak perduli betapapun kecilnya, selalu mengandung komponen-komponen dan mempunyai sifat-sifat dari sistem untuk menjalankan suatu fungsi tertentu dan mempengaruhi proses sistem secara keseluruhan.

2. Batas Sistem

Batas sistem merupakan daerah yang membatasi antara suatu sistem dengan sistem yang lainnya atau dengan lingkungan luarnya. Batas sistem ini memungkinkan suatu sistem dipandang sebagai suatu kesatuan. Batas suatu sistem menunjukkan ruang lingkup (scope) dari sistem tersebut.

3. Lingkuangan luar sistem

Adalah apapun di luar batas dari sistem yang mempengaruhi operasi sistem.

4. Penghubung sistem

Merupakan media penghubung antara satu subsistem dengan subsistem yang lainnya.

5. Masukan sistem

Merupakan energi yang dimasukkan ke dalam sistem dapat berupa masukan perawatan (maintenance input) dan masukan sinyal (signal input).Maintenance input adalah energi yang dimasukkan agar sistem tersebut dapat beroperasi. Signal input adalah energi yang diproses untuk didapatkan keluaran. Sebagai contoh didalam sistem komputer, program adalahmaintanance input yang digunakan untuk mengoperasikan komputernya dan data adalah signal input untuk diolah menjadi informasi.

6. Keluaran sistem

Merupakan hasil dari energi yang diolah oleh sistem.

7. Pengolahan sistem

Merupakan bagian yang memproses masukan untuk menjadi keluaran yang diinginkan

8. Sasaran sistem

Kalau sistem tidak mempunyai sasaran, maka operasi sistem tidak akan ada gunanya.

 

Informasi

Informasi adalah data yang telah diproses menjadi sesuatu yang berguna (Sukamto, 2011). Sementara menurut Agungsr (2011), informasi adalah data yang telah diproses menjadi bentuk yang memiliki arti bagi penerima dan dapat berupa fakta, suatu nilai yang bermanfaat.

Kualitas Informasi (Agungsr, 2011) tergantung dari tiga hal, yaitu informasi harus :

  1. Akurat, berarti informasi harus bebas dari kesalahan-kesalahan dan tidak bias atau menyesatkan. Akurat juga berarti informasi harus jelas mencerminkan maksudnya.
  2. Tepat pada waktunya, berarti informasi yang datang pada penerima tidak boleh terlambat.
  3. Relevan, berarti informasi tersebut menpunyai manfaat untuk pemakainya. Relevansi informasi untuk tiap-tiap orang satu dengan yang lainnya berbeda.

 

Sistem Informasi

Lucas (dalam Ridwaniskandar, 2011) mengatakan bahwa sistem informasi adalah suatu kegiatan dari prosedur-prosedur yang diorganisasikan, bilamana dieksekusi akan menyediakan informasi untuk mendukung pengambilan keputusan dan pengendalian di dalam organisasi. Sedangkan menurut Notohadiprawiryo (2006), sistem informasi merupakan suatu pengumpulan data yang terorganisasi beserta tata cara penggunaannya yang mencakup lebih jauh daripada sekedar penyajian. Istilah tersebut menyiratkan suatu maksud yang ingin dicapai dengan jalan memilih dan mengatur data serta menyusun tata cara penggunaannya.

Sistem kerja yang dimiliki proses bisnis untuk menangani, membawa, menyimpan, mengambil, memanipulasi, dan menampilkan informasi yang juga mendukung sistem kerja lainnya (Sukamto, 2011).

Dari penjelasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa sistem informasi adalah suatu kegiatan dari prosedur-prosedur yang meliputi pengumpulan, penyimpanan dan pengambilan kembali, informasi yang dapat dijadikan untuk mendukung suatu pengambilan keputusan.

Tujuan Sistem Informasi (Ridwaniskandar, 2011):

  1. Menyediakan informasi untuk membantu pengambilan keputusan manajemen.
  2. Membantu petugas didalam melaksanakan operasi perusahaan dari hari ke hari.
  3. Menyediakan informasi yang layak untuk pemakai pihak luar perusahaan.

 

Sistem Informasi Psikologi

Dari penjelasan mengenai pengertian dari sistem dan informasi diatas, dapat disimpulkan bahwa sistem informasi psikologi adalah suatu sistem yang menyediakan informasi-informasi yang berkaitan dengan ilmu psikologi yang dapat dijadikan untuk meningkatkan penguna dalam pengambilan suatu keputusan terhadap penelitian, perencana, dan pengelolaan.

 

 

 

 

 

 

sumber:

Pengertian sistem informasi. (2011).http://ridwaniskandar.files.wordpress.com/2009/05/52-pengertian-sistem-informasi.pdf. Diakses tanggal 5 Oktober 2013.

 

Sistem informasi. (2011). http://agungsr.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/3412/Konsep+SI.pdf. Diakses tanggal
5 Oktober 2013.

 

Sukamto,R. A. (2011). Konsep sistem informasi.http://www.gangsir.com/download/Minggu1-Pendahuluan.pdf. Diakses tanggal 5 Oktober 2013.

 

Promise [Part 24]

 

 

 

 

Title          :     Promise

Genre        :     Romance, Dramatic

Author      :     Olivia Kang

Cast          :      Donghae, Hyukjae, Yesung, Ryeowook, Key,  Hejin, Jonghyun

 

Image

 

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Hari sudah gelap, Jinki melirik jam tangannya menunjukan pukul 23.23 . Ia segera melajukan mobil keluar dari parkiran. Di tengah perjalanan ponselnya berdering, ia menepikan mobil dan segera mengangkat telepon tersebut. Usai menutup telepon Jinki kembali menyalakan mesin mobil, namun matanya menagkap sekumpulan orang tak jauh di depan mobilnya. Ia melihat yeoja yang sepertinya ia kenal. Ternyata itu Key yang sedang digoda oleh sekelompok namja tak dikenal. Perkelahian pun terjadi, satu persatu para namja itu melawan Jinki. Usai melawan semua namja tak dikenal itu segera ia meraih Key yang tergeletak lemas dan membawa ke mobilnya. Jinki membuka tas Key dan mencari tanda pengenalnya. Jinki langsung melaju mengantar Key pulang. Jinki kembali menggendong Key dan meletakkannya disofa. Ia buru-buru menuju dapur mencari gelas dan menuangkan air putih segera meneguknya. Jinki terus saja memandang wajah manis Key ketika tertidur walaupun dengan keadaan make up yang berantakan, ia pun mengantuk dan memejamkan mata seketika. Pagi hari, sinar matahari menyelinap lewat celah-celah gorden dan menerpa mata Key yang masih tetutup rapat. Perlahan matanya terbuka dan melebar, dihadapannya wajah Jinki yang tertidur lelap. Bukan segera bangkit namun Key malah menatap lembut wajah namja dihadapannya itu, entah apa yang ada dipikirannya. Kini ia bangkit dan meraih selimut dikakinya kemudian ia sematkan pada tubuh Jinki yang tidur terduduk disisi sofa. Perlahan Key bangkit dari sofa dan melangkah lunglai ke dapur meminum segelas air putih dari kulkas. Key melihat sebuah tas tergeletak di sisi meja melangkah mendekati tas asing tersebut. Key meraihnya dan tanpa alasan jelas ia penasaran lalu membuka tas tersebut, ia menemukan sebuah tab dan membuka beberapa folder. Dirasa tak ada yang menarik ia kini meraih binder dan beberapa map coklat. Key kini duduk disisi sofa menatap Jinki yang belum juga bangun. Ia memperhatikan luka kecil di sudut bibir Jinki akibat perkelahian tadi malam. Key tersenyum dan terus menatap Jinki. Tiba-tiba bola mata Jinki bergerak dan perlahan membuka matanya, kaget? tentu. Karena Key terus memandangi wajahnya. Jinki tersentak dan bola matanya entah ingin mengarah kemana. Ia sedikit mundur namun Key cepat meraih tangannya. Jinki kembali duduk, rasa canggung tak bisa ia sembunyikan dari kedua matanya, ia tak bisa menatap mata Key. Key melangkah ke lemari dan mengambil kotak P3K lalu duduk di sofa dihadapan Jinki. Ia mengambil kapas dan alkohol yang kemudian ditahan oleh Jinki. Key masuk kedalam kamar dan  membawa kotak kardus berisi botol minum, payung, syal, buku-buku dan lainnya yang kemudian meletakannya di depan Jinki.

“Ini. Ini semua darimu kan?, Kau tidak mengakuinya? Kau penggemar gelapku kan?”

Jinki menarik Key kedalam genggamannya dan mencium bibir Key yang daritadi terus mempertanyakan apa yang ia lakukan selama ini.. Kedua mata Key melebar tak menyangka Jinki akan melakukan hal ini.

Jinki melangkah keluar secepat mungkin, ia berhenti untuk mengatur nafasnya yang membara sejak berakhirnya ciuman singkat tadi..

“Maafkan aku Key, tanpa izin aku mencium mu. Aku hampir gila dengan semua pertanyaan itu. Ku pikir itu akan menjadi kenangan untukku” Batin Jinki.

 

~~~~~~~~~~~~~~~~~

Ryeowook duduk sendirian dalam studio musik di rumahnya. Tiba-tiba pintu terbuka, Ryeowook menoleh.

Jonghyun mendekatkan diri pada Ryeowook dan mengeluarkan undangan dari saku jas nya.

“Ini, aku harap nuna akan hadir”

“Apa ini?…Kau?”

“Iya, aku nuna. Ada seorang gadis ynag dengan tulus selama ini menerimaku. Aku akan menikahinya”

“Selamat Jonghyunie ^_^”

~~~~~~~~~~

Tak jauh dari rumah Ryeowook, mobil Jonghyun dan Jinki berpapasan, hanya Jinki yang menyadari.

Setelah tiba Jinki langsung menghampiri Ryeowook.

“Aku akan berangkat ke Itali minggu depan” ucap Ryeowook.

Jinki tentu terkejut atas apa yang Ryeowook katakan barusan, namun dibanding terkejut ia hanya ingin memastikan alasan yang jelas mengapa begitu mendadak.

Ryeowook terdiam dan meneteskan air mata, ia berusaha menahannya selama beberapa hari ini namun kali ini ia tak bisa lagi diam di depan sahabatnya itu. Tangis pun pecah, ia tak kuasa menahan sesak di dada dan derasnya air mata yang membanjiri kelopak matanya. Jinki iba, ia memeluk sahabatnya itu erat dan menepuk-nepuk lembut pundak yeoja dipelukannya itu.

“Untuk apa aku di sini…..aku sudah tidak bisa bertahan selama ini lagi…aku tidak bisa…aku tidak bisaa~ “ Ryeowook terus menumpahkan air mata di pipinya.

Setelah Ryeowook kembali tenang Jinki pamit pulang. Di tengah perjalanan Jinki menghentikan  mobilnya dipinggir jalan. Jari-jarinya mengepal keras pada stir, tatapan matanya menajam..

“Jika kau tak bisa mengatakannya, aku yang akan melakukannya”  ucapa Jinki dalam hati.

Nafasnya memburu di dada. Ia melanjutkan perjalanannya.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

“Ya, dongsaeng” bisik Donghae dibalik pintu kamar Ryeowook.

Ryeowook segera menghapus air mata yang menitik di pipi halusnya.

“Wae~~?” Donghae melangkah masuk.

“Ani eonni.. wae? Ada yang kau butuhkan eonni?”

“Neo, gwaenchana? Ani~ aku ingin cerita”

“Gwaenchana” Angguk Ryeowook dan tersenyum.

Donghae menceritakan rencana yang dalam hitungan beberapa hari lagi akan terlaksana. Ia dan Hyukjae akan membuka Management Artis, yang akan diresmikan 3 hari lagi.

“Chincha?? Huwaa~ eonni daebak. Mengapa kau baru cerita sekarang eonni?”
“Heyy~aku sibuk kesana kemari beberapa minggu ini agar semua ini terwujud segera. Hahh apa kau tidak lihat lingkaran di bawah mataku? Haissh~ rasanya ingin pergi ke salon dan di massage”

“Ara arraseo eonni, lalu apa nama management nya?”

“HD Entertainment”

“Mwo? Ahaha ya eonni kau begitu menyukai namja itu?”

“Ya! Siapa yang meyukai nya? Dia baik itu saja”

“Haish~lagi lagi kau berbohong”

“Wae? Sok tau. Heiih~chincha”

“Dia tampan kan? Sudah akui saja”

“Ya! Kau mau celaka?” Donghae mengepalkan tanngan didepan wajah Ryeowook.

“Ya eonni. Ahaha lihat wajahmu haha. Eonni kita ke salon yuk. Sebentar lagi aku pergi. Tidak akan ada waktu kita untuk ke salon bersama lagi. Iya kan?”

Wajah Donghae berubah muram.

“Benar, kau yakin pergi secepat ini? Ya kau meninggalkan aku sendiri. Kau tau sendiri Kyuhyun sudah tidak di sini, dan tidak sebulan sekali ia berkunjung kesini.”

“Eonni~jangan seperti itu. Ini memang sudah waktunya. Suatu saat kau juga akan keluar dari rumah ini. Iya kan?”

“Hahh~ aku tak ingin memikirkan hari itu. Sudah ayo kita pergi”

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Hari semakin berat setelah hari terakhir kali Jinki melihat wajah Key. Jinki berniat melupakan segalanya. Wajah itu, senyum itu, suasana hati itu. Ingin ia lupakan. Jinki meraih secangkir esspreso dan meneguknya. Kedua telapak tangan menutupi wajah berusaha menghapus bayang-bayang ciuman yang ia rasakan bersama Key. Ia kembali menghelakan nafas. Kemudian ia bangkit dan segera keluar dari Caffe menuju sanggar.

Sampai sanggar ia menuju ruang kerja Yesung.

“Hyung, aku ingin istirahat sementara waktu”

“Baiklah, gunakan seminggu ini untuk kau beristirahat, jika ada sesuatu aku sendiri yang akan menghubungimu”

“Ne”

Yesung mengangguk. Namun ia menangkap sesuatu dimata Jinki yang dari tadi terus menatapnya.

“Jinki-shi, ada yang ingin kau katakan lagi?”

“Ani” Jinki pamit dan berlalu keluar.

Saat ingin memasuki mobil. Seseorang memanggil namanya. Jelas suara itu sangat tidak asing di telinganya.

“Jinki-shi..” panggil Key.

Jinki tidak membalik tubuhnya dan segera membuka pintu mobil. Merasa tidak diberi kesempatan bicara Key sedikit mengeraskan suaranya.

“Aku hanya ingin mengembalikan ini!!”

Jinki terhenti dan menoleh perlahan, matanya tertuju pada surat yang berada di genggaman Key.

Jinki menghela nafas. “ Aku sudah tidak membutuhkannya”.

“Bukan urusanku, aku hanya menemukannya dan sekarang aku sudah tau siapa pemiliknya, kewajibanku adalah untuk mengembalikannya”

“Chh~buang saja” Jawab Jinki langsung masuk ke dalam mobil dan berlalu.

Raut wajah Key datar menyaksikan Jinki menghilang dari pandangannya.

~~~~

Ttok…Tokk.Ttook~

“Masuk”  Jawab Yesung.

Matanya terpaku melihat Key berdiri dibalik pintu. Yesung berusaha menghapus pandangannya, Key masuk dan berdiri di hadapan Yesung.

“Oppa, mianhae” Key mengerti muncul di saat seperti ini adalah hal yang dibenci Yesung. Namun ia tidak ingin lagi berlari dan bersembunyi seperti dulu. Sudah bisa ditebak, Yesung tidak sama sekali memandang Key yang ada dihadapannya.

“Aku hanya sebentar, mian oppa. Aku menyesal, mungkin kata-kataku ini tidak akan oppa percaya lagi. Aku mengerti” Belum selesai Key bicara Yesung memotongnya.

“Apa yang kau mengerti?”

Air mata Key mulai membendung dan tumpah mengalir di pipi merahnya.

“Mianhae oppa, mianhae. Aku….aku tidak akan mendekati oppa lagi. Aku akan berusaha menjauh. Itu akan membuat oppa lebih baik, iya kan?”

Yesung tidak menjawab Key, ia bangkit dan berjalan melewati Key menuju pintu.

Tanpa berbalik Key bertanya lagi.

“Oppa, kau begitu membenciku?”

Yesung menghentikan langkah sejenak dan berlalu meninggalkan Key tanpa satu katapun keluar dari mulutnya.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Esok hari_

Donghae, Hyukjae, dan Hejin sedang makan siang bersama di salah satu resto di Mall Gangnam.

“Bagaimana oppa dan eonni dengan rencana kalian, kapan diresmikan?”

Keduanya hanya tersenyum saja.

“Heyy~kalian ini…wae wae?” tanya lagi Hejin.

“Kau pasti tidak percaya, bahkan eonni juga masih sedikit tidak percaya” jawab Donghae sambil menyantap steak dihadapannya.

Hyukjae hanya tersenyum-senyum melihat antusiasme Donghae yang terlihat polos itu.

“Dua, dua hari lagi akan diresmikan. Jinnie kau wajib datang. Ok?”

“Whuaaa~ eonni, chukhaeyo”

Tiba-tiba ponsel Hejin bergetar ada panggilan masuk.

“Oh? Chakkamaniyo eonni… Yeobboseyo, ne?….oh ne, aku sedang bersama oppa dan Donghae eonni… baik, kabari saja… ne, Annyeong~”

Usai menutup telepon wajah Hejin begitu berseri.

“Jinnie, Jonghyun-shi?!” selidik Donghae.

Hejin mengangguk malu-malu.

“Ada apa, kau mau pergi dengannya?”  tanya Hyukjae.

“Ne oppa, aku ingin mencoba gaun pengantin hari ini bersamanya. Kemarin sore aku mendapat kabar katanya gaunku sudah selesai. Dan Jonghyun memintaku pergi bersamanya”

“Jelas dong, ia harus melihat calon istrinya memakai gaun pengantin untuk pertamakalinya, supaya di hari H ia tidak kaget melihatmu begitu cantik sebagai yeoja yang ingin ia nikahi”

“Ahh eonni…hehe”

Beberapa saat kemudian usai makan siang Hyukjae dan Donghae mengantar Hejin ke depan Mall untuk menemui Jonghyun yang sudah menunggu disana.

Hejin melambaikan tangan dan Jonghyun menunduk pamit kepada Donghae dan Hyukjae.

“Jadi sore ini bertemu Tuan Park?” tanya Hyukjae yang berjalan menuju parkir mobil.

“Jadi, oppa kita harus sampai sana jam 15.00”

“Baiklah, ayo masuk”

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Sampai mereka di depan gedung besar di daerah Apgujung.

“Kau naik duluan, aku parkir dan akan menyusul.” Kata Hyukjae.

Donghae menuju lantai 28 dan bertemu dengan sekretaris tuan Park.

“Annyeong haseyo~ saya Kim Donghae, ingin bertemu tuan Park, sebelumnya saya sudah membuat janji dengan beliau”

“Ne, Annyeong Haseyo, sebelumnya maaf nona, tadi pagi pukul 05.00 tuan ada panggilan mendadak ke Swedia dan langsung pergi ke sana”

“Oh? Begitu ya, tapi mengapa tidak mengabari ya?” Umpat Doghae.

“Tapi nona, Tuan meninggalkan pesan untuk nona, beliau berpesan jika nona datang saya disuruh memberikan no ini. Dan nona bisa menghubungi tuan dengan no itu” Kata skretaris tersebut sambil menyodorkan secarik kertas kecil.

“Oh ne, kamsahamnida”

“Ne”

Donghae berjalan menuju lift dan berpapasan dengn Hyukjae.

“Donghae-ahh, sudah? Kok cepat?”

“Tuan Park tidak ada”

“Lalu?”

Dongahe menunjukan kertas yang ada di tangannya.

~~~

Hyukjae memangku kedua tangan di dadanya, sesekali ia melirik Donghae yang berada di belakang mobil menelepon seseorang. Kini ia berdua berada di pinggir jalan. Usai menutup telepon ia menghampiri Hyukjae yang berdiri di sisi pintu mobil.

“Bagaimana?”  tanya Hyukjae langsung.

“Beliau meminta maaf karena ada urusan yang tidak bisa ditinggalkan. Kita tidak perlu datang mencarinya lagi. Karena ia belum tau pasti kapan akan kembali. Besok beliau akan mengirim seseorang kepada kita. Pukul 14.00 di Kona Beans Caffe.”

“Hmm~ itu bagus, karena jika menunggu akan memperlambat semuanya. Kau terdengar begitu dekat dengan tuan Park.”

“Hehehe.. ia teman Appa dan Umma. Jadi wajar kalo aku terlihat dekat. Tapi biasa saja menurutku, mungkin tidak sedekat seperti apa yang ada dipikiranmu”

Mereka berdua masuk ke dalam mobil dan pergi menuju rumah Donghae.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Jinki mengkerutkan dahinya dan memejamkan mata merasakan sedikit sakit di keningnya. Ia menutup buku yang ia genggam kemudian menumpuknya dengan beberapa buku lain untuk ia kembalikan ke tempatnya. Ya, sekarang ia berada di perpustakaan umum, menghabiskan waktu seharian dengan buku-buku disekelilingnya. Setelah menempatkan satu per satu ia kembali ke meja tadi untuk mengambil ponsel dan jaket yang ia letakkan. Saat mengangkat Jaket seperti ada sesuatu yang terjatuh. Kemudian ia memastikannya melongok ke bawah meja.

“Surat?”

Ia menoleh ke kanan dan ke kiri. Ia tau Key yang menaruhnya, karena kemarin Key yang datang menemuinya. Ia bangkit dan kembali meletakkan surat tersebut di atas meja dan pergi.

Key yang bersembunyi di balik lemari buku mengintip dan yang ia tangkap hanya surat tersebut yang tergeletak di atas meja, dan Jinki sudah menghilang.

“Haisss~!”

Key segera mengambil surat tersebut sebelum orang lain mengambilnya.

Jinki sudah berada di dalam mobil, ia merogoh saku jaketnya dan mengeluarkan ponsel.

Ddukk dukk duuk~  suara ketukan pintu kaca mobilnya. Jinki tersentak kaget.

Ternyata itu Key. Jinki pun membuka kaca mobil.

“Ini, kau meninggalkan sesuatu” kata Key menyodorkan amplop surat tadi.

“Hahh~sudah ku bilang buang saja” Jinki menutup kaca jendela  dan pergi.

“Ya! Ya! Lee Jinki!”

~~~~~~~

Jinki duduk sendiri di caffe biasa yang ia datangi bersama Ryeowook.

Dan juga seperti biasanya ia menyukai minum esspresso di caffe ini. Matanya menuju jam yang melingkar di tangannya, pukul menunjukan pukul 16.47.

Ketika matanya menuju mobil yang ia parkir di depan caffe ia melihat Key menyelipkan surat tersebut di wiper kaca mobilnya. Mata Jinki melotot melihat Key yang berlalu begitu saja setelah melakukan hal tersebut.

“Ya isssh~ yeoja itu!”

Ia buru-buru keluar caffe namun matanya tak berhasil mangkap Key berada dimana.

“Hahhh~apa yang ia mau sebenarnya” Jinki menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal sambil menelusuri sekitar.

Setelah meraih surat tesebut ia membuangnya disemak-semak tanaman depan caffe dan pergi. Key yang ternyata belum pergi sedang mengintip dari sebrang jalan. Dan lagi-lagi ia buru-buru mengambil surat tersebut sebelum orang lain menemukannya.

~~~~~

Jinki berjalan sendirian di sekitar Apartemennya. Ia mengenakan kaos berkerah berwarna putih polos dengan garis hitam disetiap ujung jahitan, dengan celana chino pendek sebetis berwarna beige, terlihat sangat santai menikmati suasana sore hari. Ia berjalan di sisi taman tempat biasa anak-anak yang tinggal di daerah Apartemen itu bermain di sore hari. Langkahnya terhenti ketika Jinki merasa ada sedikit tarikan di ujung kaos belakangnya. Jinki pun  menoleh dan ternyata seorang gadis kecil.

“Oh? Annyeong” Jinki merunduk melambaikan telapak tangannya di depan wajah anak itu sambil tersenyum.

“Oppa, ini ada surat untuk oppa” sambil menjilati lolipop love candy yang ada di genggamannya.

Jinki langsung mengerti, dan kembali menoleh ke segala arah mencari keberadaan Key.

Jinki tersenyum kepada anak itu dan berkata “Gadis manis, bisa tolong oppa untuk mengembalikan surat tesebut kepada eonni yang memberikannya?”

Namun gadis itu menggelengkan kepalanya. Jinki sadar setelah melihat lolipop love candy yang terus-menerus anak itu jilati.

“Huff.. baiklah, kamsahamnida” Jinki mengelus kepala anak itu dan anak itu pun langsung pergi berlari riang.

Sedangkan Jinki berlari juga mencari dimana sebenarnya keberadaan Key.

“Hahh…huff…hahh… kemana dia bersembunyi..” Jinki bersandar pada dinding menatap surat tersebut dan kali ini ia benar-benar membuangnya ke tempat sampah yang ada di sisisnya dan pergi.

Tak lama tangan putih dan halus masuk ke dalam tempat sampah itu untuk kembali mengambil surat yang seharian ini sudah ia usahakan untuk mengembalikan kepada pemiliknya.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Esok Hari_

Donghae sudah tiba di depan Caffe Kona Beans, ia sedang memarkirkan mobilnya dan ponselnya bergetar.

Hyukjae Oppa calling…

“Yeoboseyo, ne oppa?”

“Kau dimana?”

“Aku sudah di depan Kona Beans, oppa dimana?”

“Aku juga sudah mau sampai, sedang memarkirkan mobil. Kalau begitu kau tidak usah menungguku. Masuk duluan saja”

“Oh begitu? Oke aku masuk duluan”

“Oke, aku tutup ya”

“Ne”

Tutt tut tuut~

Donghae keluar mobil dan melangkah memasuki caffe, saat membuka pintu caffe ada pegawai caffe yang membawa dus-dus keluar pintu berbarengan dengan Donghae. Donghae terdorong oleh pintu dan mundur kebelakang terjatuh.

~~~

Usai menutup telepon Hyukjae keluar mobil dan mengunci mobilnya. Saat ingin memasukan kunci ke dalam saku jas nya seseorang menabrak nya dari belakang sehingga kunci itu terjatuh. Ia segera mengambilnya dan melanjutkan langkahnya. Ia melihat Donghae hampir terjatuh melangkah mundur, dan….

~~~

“Ahh~” Donghae memejamkan matanya.”

Ia tidak merasakan sakit karena ada seseorang yang menopang tubuh mungilnya itu. Perlahan Donghae membuka matanya…matanya melebar.

“Pa…Park…Park Yoo Chun?”

….

 

TO BE CONTINUED

Behavior Therapy

Konsep dasar yang dipakai oleh Behavior Therapy adalah belajar. Belajar yang dimaksud adalah perubahan tingkah laku yang disebabkan bukan karena kematangan. Teori Belajar yang dipakai dalam pendekatan ini sebagai aplikasi dari percobaan-percobaan tingkah laku dalaam laboratorium.

Manusia merupakan mahluk reaktif yang tingkah lakunya dikontrol oleh faktor-faktor dari luar. Manusia memulai kehidupannya dengan memberikan reaksi terhadap lingkungannya dan interaksi ini menghasilkan pola-pola perilaku yang kemudian membentuk kepribadian. Tingkah laku seseorang ditentukan oleh banyak dan macamnya penguatan yang diterima dalam situasi hidupnya.

Tingkah laku dipelajari ketika individu berinteraksi dengan lingkungan melalui hukum-hukum belajar :

1. Pembiasaan klasik
2. Pembiasaan operan
3. Peniruan.

Tingkah laku tertentu pada individu dipengaruhi oleh kepuasan dan ketidakpuasan yang diperolehnya. Manusia bukanlah hasil dari dorongan tidak sadar melainkan merupakan hasil belajar, sehingga ia dapat diubah dengan memanipulasi dan mengkreasi kondisi-kondisi pembentukan tingkah laku.

Adapun karakteristik konseling behavioral adalah :

1 Berfokus pada tingkah laku yang tampak dan spesifik
2 Memerlukan kecermatan dalam perumusan tujuan konseling
3.Mengembangkan prosedur perlakuan spesifik sesuai dengan
masalah klien
4.Penilaian yang obyektif terhadap tujuan konseling.

Tingkah laku bermasalah adalah tingkah laku atau kebiasaan-kebiasaan negatif atau tingkah laku yang tidak tepat, yaitu tingkah laku yang tidak sesuai dengan tuntutan lingkungan. Tingkah laku yang salah hakikatnya terbentu dari cara belajar atau lingkungan yang salah.

Manusia bermasalah itu mempunyai kecenderungan merespon tingkah laku negatif dari lingkungannya. Tingkah laku maladaptif terjadi juga karena kesalapahaman dalam menanggapi lingkungan dengan tepat. Seluruh tingkah laku manusia didapat dengan cara belajar dan juga tingkah laku tersebut dapat diubah dengan menggunakan prinsip-prinsip belajar.

Tujuan :
1. Menghapus/menghilangkan tingkah laku maldaptif (masalah)
untuk digantikan dengan tingkah laku baru yaitu tingkah laku
adaptif yang diinginkan klien
2. Tujuan yang sifatnya umum harus dijabarkan ke dalam perilaku
yang spesifik : (a) diinginkan oleh klien; (b) konselor mampu
dan bersedia membantu mencapai tujuan tersebut; (c) klien
dapat mencapai tujuan tersebut; (d) dirumuskan secara spesifik
3. Konselor dan klien bersama-sama (bekerja sama)
menetapkan/merumuskan tujuan-tujuan khusus konseling.

Deskripsi Proses Konseling

Proses konseling adalah proses belajar, konselor membantu terjadinya proses belajar tersebut.

Konselor aktif :

1. Merumuskan masalah yang dialami klien dan menetapkan apakah
konselor dapat membantu pemecahannya atu tidak
2. Konselor memegang sebagian besar tanggung jawab atas kegiatan
konseling, khususnya tentang teknik-teknik yang digunakan
dalam konseling
3. Konselor mengontrol proses konseling dan bertanggung jawab
atas hasil-hasilnya.

Deskripsi langkah-langkah konseling :

1. Assesment, langkah awal yang bertujuan untuk
mengeksplorasi dinamika perkembangan klien (untuk
mengungkapkan kesuksesan dan kegagalannya, kekuatan dan
kelemahannya, pola hubungan interpersonal, tingkah laku
penyesuaian, dan area masalahnya) Konselor mendorong klien
untuk mengemukakan keadaan yang benar-benar dialaminya pada
waktu itu. Assesment diperlukan untuk mengidentifikasi motode
atau teknik mana yang akan dipilih sesuai dengan tingkah laku
yang ingin diubah.
2. Goal setting, yaitu langkah untuk merumuskan
tujuan konseling. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari
langkah assessment konselor dan klien menyusun dan merumuskan
tujuan yang ingin dicapai dalam konseling. Perumusan tujuan
konseling dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :
(a) Konselor dan klien mendifinisikan masalah yang dihadapi
klien

(b) Klien mengkhususkan perubahan positif yang dikehendaki
sebagai hasil konseling

(c) Konselor dan klien mendiskusikan tujuan yang telah
ditetapkan klien :
– apakah merupakan tujuan yang benar-benar dimiliki dan
diinginkan klien;

– apakah tujuan itu realistic

– kemungkinan manfaatnya;

– kemungkinan kerugiannya

– Konselor dan klien membuat keputusan apakahmelanjutkan
konseling dengan menetapkan teknik yang akan
dilaksanakan, mempertimbangkan kembali tujuan yang akan
dicapai, atau melakukan referal.

1. Technique implementation, yaitu menentukan
dan melaksanakan teknik konseling yang digunakan untuk
mencapai tingkah laku yang diinginkan yang menjadi tujuan
konseling.
2. Evaluation termination, yaitu melakukan
kegiatan penilaian apakah kegiatan konseling yang telah
dilaksanakan mengarah dan mencapai hasil sesuai dengan tujuan
konseling.
3. Feedback, yaitu memberikan dan menganalisis
umpan balik untuk memperbaiki dan meingkatkan proses
konseling.

Teknik konseling behavioral didasarkan pada penghapusan respon yang telah dipelajari (yang membentuk tingkah laku bermasalah) terhadap perangsang, dengan demikian respon-respon yang baru (sebagai tujuan konseling) akan dapat dibentuk.

Prinsip Kerja Teknik Konseling Behavioral :

1. Memodifikasi tingkah laku melalui pemberian penguatan. Agar
klien terdorong untuk merubah tingkah lakunya penguatan
tersebut hendaknya mempunyai daya yang cukup kuat dan
dilaksanakan secara sistematis dan nyata-nyata ditampilkan
melalui tingkah laku klien.
2. Mengurangi frekuensi berlangsungnya tingkah laku yang tidak
diinginkan.
3. Memberikan penguatan terhadap suatu respon yang akan
mengakibatkan terhambatnya kemunculan tingkah laku yang tidak
diinginkan.
4. Mengkondisikan pengubahan tingkah laku melalui pemberian
contoh atau model (film, tape recorder, atau contoh nyata
langsung).
5. Merencanakan prosedur pemberian penguatan terhadap tingkah l
aku yang diinginkan dengan sistem kontrak. Penguatannya dapat
berbentuk ganjaran yang berbentuk materi maupun keuntungan
sosial.

Teknik-teknik Konseling Behavioral :

Latihan Asertif

Teknik ini digunakan untuk melatih klien yang mengalami kesulitan untuk menyatakan diri bahwa tindakannya adalah layak atau benar. Latihan ini terutama berguna di antaranya untuk membantu individu yang tidak mampu mengungkapkan perasaan tersinggung, kesulitan menyatakan tidak, mengungkapkan afeksi dan respon posistif lainnya. Cara yang digunakan adalah dengan permainan peran dengan bimbingan konselor. Diskusi-diskusi kelompok juga dapat diterapkan dalam latihan asertif ini.

Desensitisasi Sistematis

Desensitisasi sistematis merupakan teknik konseling behavioral yang memfokukskan bantuan untuk menenangkan klien dari ketegangan yang dialami dengan cara mengajarkan klien untuk rileks. Esensi teknik ini adalah menghilangkan tingkah laku yang diperkuat secara negatif dan menyertakan respon yang berlawanan dengan tingkah laku yang akan dihilangkan. Dengan pengkondisian klasik respon-respon yang tidak dikehendaki dapat dihilangkan secara bertahap. Jadi desensitisasi sistematis hakikatnya merupakan teknik relaksi yang digunakan untuk menghapus tingkah laku yang diperkuat secara negatif biasanya merupakan kecemasan, dan ia menyertakan respon yang berlawanan dengan tingkah laku yang akan dihilangkan.

Pengkondisian Aversi

Teknik ini dapat digunakan untuk menghilangkan kebiasaan buruk. Teknik ini dimaksudkan untuk meningkatkan kepekaan klien agar mengamati respon pada stimulus yang disenanginya dengan kebalikan stimulus tersebut.

Stimulus yang tidak menyenangkan yang disajikan tersebut diberikan secara bersamaan dengan munculnya tingkah laku yang tidak dikehendaki kemunculannya. Pengkondisian ini diharapkan terbentuk asosiasi antara tingkah laku yang tidak dikehendaki dengan stimulus yang tidak menyenangkan.

Pembentukan Tingkah laku Model

Teknik ini dapat digunakan untuk membentuk tingkah laku baru pada klien, dan memperkuat tingkah laku yang sudah terbentuk. Dalam hal ini konselor menunjukkan kepada klien tentang tingkah laku model, dapat menggunakan model audio, model fisik, model hidup atau lainnya yang teramati dan dipahami jenis tingkah laku yang hendak dicontoh. Tingkah laku yang berhasil dicontoh memperoleh ganjaran dari konselor. Ganjaran dapat berupa pujian sebagai ganjaran sosial.

Covert Sensitization

Teknik ini dapat digunakan untuk merawat tingkah laku yang menyenangkan klien tapi menyimpang, seperti homosex, alcoholism. Caranya: Belajar rileks dan diminta membayangkan tingkah laku yang disenangi itu. Kemudian di saat itu diminta membayangkan sesuatu yang tidak menyenangkan dirinya. Misalnya, seorang peminum, sambil rileks diminta untuk membayangkan minuman keras. Di saat gelas hamper menyentuh bibirnya, diminta untuk membayangkan rasa muak dan ingin muntah. Hal ini diminta berulangkali dilakukan, hingga hilang tingkah laku peminumnya.

Thought Stopping

Teknik ini dapat digunakan untuk klien yang sangat cemas. Caranya klien disuruh menutup matanya dan membayangkan dirinya sedang mengatakan sesuatu yang mengganggu dirinya, misalnya membayangkan dirinya berkata “saya jahat!”. Jika klien memberi tanda sedang membayangkan yang dicemaskannya (ia berkata pada dirinya: “saya jahat!”), terpis segera berteriak dengan nyaring : “berhenti!”. Pikiran yang tidak karuan itu segera diganti oleh teriakan terapis. Klien diminta berulang kali melakukan latihan ini, hingga dirinya sendiri sanggup menghentikan pikiran yang mengganggunya itu.

Kekurangan dari terapi ini yaitu memakai waktu yang cukup lama untuk melakukan terapi, Dan kelebihannya yaitu mengatasi masalh secara detail.

sumber :

Akhmad Sudratajat. 2008. Pendekatan Konseling Behavioral. dalam http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/23/pendekatan-konseling-behavioral/

DYP Sugiharto, Dr. , M.Pd. Pendekatan-Pendekatan Konseling. (Makalah)

Sayekti Pujosuwarno, Dr, M.Pd. 1993. Berbagai Pendekatan dalam Konseling. Menara Mas Offset

http://bk-upy.com/behavior-therapy/. Diakses tanggal Mei 2013

Rational Emotive Therapy

Dalam konseling ada beberapa pendekatan yang bisa digunakan oleh seorang konselor untuk untuk membantu memberikan layanan kepada klien mengenai permasalahanya. Salah satunya adalah Layanan Konseling dengan pendekatan Rational Emotive Therapy (RET).
A. Pengertian Pendekatan Konseling Rational Emotive Therapy (RET)
Menurut Andi Mappiare, Rational Emotive Therapy (RET) adalah suatu rancangan terapeutik dalam konseling atau psikoterapi.[1] Kemudian W.S. Winkel dalam bukunya Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan memberikan pengertian Rational Emotive Therapy adalah corak konseling yang menekankan kebersamaan dan interaksi antara berfikir dengan akal sehat, berperasaan, dan berperilaku, serta sekaligus menekankan bahwa suatu perubahan yang mendalam dalam cara berfikir dapat menghasilkan perubahan yang berarti dalam cara berperasaan dan berperilaku. Maka, orang yang mengalami gangguan dalam alam perasaannya, harus dibantu untuk meninjau kembali caranya berfikir dan memanfaatkan akal yang sehat (Winkel dan Hastuti,2004).

Menurut Mappiare (2010), dalam Rational Emotive Therapy ini mementingkan berfikir rasional sebagai tujuan terapeutik, menekankan modifikasi atau pengubahan keyakinan irasional yang telah merusak berbagai konsekuensi emosional dan tingkah laku. Atau secara ringkasnya seorang klien didukung untuk menggantikan ide-ide yang tidak rasional dengan ide yang lebih rasional untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi dalam hidupnya.

Adapun tujuan utama Rational Emotive Therapy ini adalah menghilangkan kecemasan, ketakutan, kekhawatiran, dan ketidakyakinan diri. Dan untuk mencapai perilaku yang rasional, kebahagiaan, dan aktualisasi diri (Mappiare, 2010). Dalam konseling rational emotive, seorang konselor harus menempatkan dirinya sebagai seorang pribadi yang lebih aktif untuk menelusuri masalah yang dihadapi seorang klien

B. Hakekat manusia menurut Rational Emotive Therapy (RET)
Rational Emotive Therapy (RET) adalah aliran psikoterapi yang berlandaskan bahwa manusia dilahirkan dengan potensi, baik untuk berfikir rasional dan jujur maupun untuk berfikir irasional dan jahat (Gerald Corey, 2010). Ada beberapa pandangan terkait hakikat manusia yang diajukan oleh Albert Ellis, yang mewarnai teori Rational Emotive Therapy ialah sebagai berikut (Gerald Corey, 1997) :

Manusia dipandang sebagai makhluk yang rasional dan juga tidak rasional.
Pada hakikatnya manusia itu memiliki kecenderungan untuk berfikir yang rasional atau logis, disamping itu juga ia memiliki kecenderungan untuk berfikir tidak rasional atau tidak logis. Kedua kecenderungan yang dimiliki oleh manusia ini akan tampak dengan jelas dan tergambar dalam bentuk tingkah lakunya yang nyata. Dengan kata lain, dapat dijelaskan apabila seseorang telah berfikir rasional atau logis yang dapat diterima dengan akal sehat, maka orang itu akan bertingkah laku rasional dan logis pula, atau disebut sebagai manusia yang sehat. Tetapi sebaliknya apabila seseorang itu berfikir yang tidak rasional atau tidak bisa diterima akal sehat maka ia menunjukkan tingkah laku yang tidak rasional, atau dalam Rational Emotive Therapy (RET) disebut sebagai manusia yang tidak sehat. Pola berfikir semacam inilah oleh Ellis yang disebut sebagai penyebab seseorang itu mengalami gangguan emosional.
Albert Ellis mengungkapkan beberapa factor (penyebab) manusia berfikir tidak rasional, diantaranya:
1. Bahwa seseorang itu pada hakikatnya ingin dihargai, dicintai ataupun disayangi oleh setiap orang.
2. Bahwa seseorang itu memiliki kecenderungan untuk ingin yang serba sempurna dalam hidupnya.
3. Bahwa diantara manusia ini tidak semuanya tergolong baik, dan ada pula manusia yang tergolong jahat, kejam, dan jelek.
4. Manusia memiliki kecenderunagn memandang bahwa malapetaka yang terjadi sebagai suatu yang tidak diinginkan.
5. Ketidaksenangan, ketidakpuasan, ataupun ketidakbahagiaan pada seseorang itu dipandang bersumber dari kondisi luar dirinya semata.
6. Seseorang memiliki kecenderungan untuk hidup bergantung kepada orang lain.
7. Seseorang memiliki kecenderungan lebih mudah menghindari tanggung jawab (kesulitan-kesulitan) daripada menghadapinya.
8. Seseorang memiliki kecenderungan untuk tidak menghiraukan masalah-masalah orang lain. Karena dipandang oleh seseorag bahwa masalah orang lain itu tidak ada sangkut pautnya dengan dirinya sendiri.
9. Pengalaman masa lalu dipandang sebagai suatu factor yang menentukan tingkah laku masa kini (sekarang).
10. Seseorang memiliki kecenderungan untuk mencari pemecahan suatu masalah yang sempurna.
b. Pikiran, perasaan, dan tindakan manusia adalah merupakan suatu proses yang satu dengan yang lainnya tidak dapat dipisahkan.
Rational Emotive Therapy (RET) memandang bahwa manusia itu tidak akan bisa lepas dari perasaan dan perbuatannya. Perasaan seseorang senantiasa melibatkan pikiran dan tindakannya. Tindakan selalu melibatkan pikiran dan perasaaan seseorang. Apabila seseorang merasakan sesuatu, maka ia memikirkan dan bertindak tentang sesuatu itu. Demikian pula sebaliknya. Karena itu untuk memahami bentuk-bentuk penyimpangan tingkah laku tertentu pada seseorang, maka hendaknya dipahami bagaimana ia berperasaan, berfikir, menerima dan melaksanakan sesuatu itu, serta apa yang ada dibalik semua itu.
c. Individu bersifat unik dan memiliki potensi untuk memahami keterbatasanya, serta potensi mengubah pandangan dasar dan nilai-nilai yang diterimanya secara tidak kritis.
Individu itu dilahirkan dengan membawa potensi-potensi tertentu, ia memiliki berbagai kelebihan dan kekurangannya serta keterbatasannya yang bersifat unik. Sesuai dengan prinsip diferensiasi bahwa seseorang itu tidak ada yang identik atau sama persis. Rational Emotive Therapy (RET) memandang bahwa individu itu memiliki potensi untuk memahami kelebihan-kelebihan dan keterbatasan-keterbatasannya itu. Namun disela-sela kelebihan dan keterbatasan itu individu harus memiliki potensi untuk berpandangan yang rasional dan realistis, agar individu itu mampu melakukan adaptasi diri dengan baik.

C. Fungsi dan peran konselor dalam Rational Emotive Therapy (RET)
Fungsi konselor dalam Rational Emotive Therapy ini adalah mengajak dan membuka ketidaklogisan pola berfikir klien dan membantu klien mengubah pikirannya yang irasional dengan mendiskusikannya secara terbuka dan terus terang.[8]
Peran konselor dalam proses konseling rasional emotif akan tampak jelas dengan langkah-langkah konseling sebagai berikut:[9]
a) Langkah pertama
Dalam langkah ini konselor berusaha menunjukkan kepada klien bahwa masalah yang dihadapinya berkaitan dengan keyakinannya yang tidak rasional. Disini klien harus belajar untuk memisahkan keyakinan rasional dari yang tidak rasional. Pada tahap ini peranan konselor adalah sebagai propagandis yang berusaha mendorong, membujuk, meyakinkan, bahkan sampai kepada mengendalikan klien untuk menerima gagasan yang logis dan rasional. Jadi, pada langkah ini peran konseling ialah menyadarkan klien bahwa gangguan atau masalah yang dihadapinya disebabkan oleh cara berfikirnya yang tidak logis.
b) Langkah kedua
Peranan konselor adalah meyadarkan klien bahwa pemecahan masalah yang dihadapinya merupakan tanggung jawab sendiri. Maka dari itu dalam konseling rasional emotif ini konselor berperan untuk menunjukkkan dan menyadakan klien, bahwa gangguan emosional yang selama ini dirasakannya akan terus menghantuinya apabila dirinya akan tetap berfikir secara tidak logis. Oleh karenanya klienlah yang harus memikul tanggung jawab secara keseluruhan terhadap masalahnya sendiri.
c) Langkah ketiga
Pada langkah ketiga ini konselor berperan mengajak klien untuk menghilangkan cara berfikir dan gagasan yang tidak rasional. Konselor tidaklah cukup menunjukkan klien bagaimana proses ketidaklogisan berfikir ini, tetapi lebih jauh dari itu konselor harus berusaha mengajak klien mengubah cara berfikirnya dengan cara menghilangkan gagasan-gagasan yang tidak rasional.
d) Langkah keempat
Peranan konselor mengembangkan pandangan-pandangan yang realistis dan menghindarkan diri dari keyakinan yang tidak rasional. Konselor berperan untuk menyerang inti cara berfikir yang tidak rasional dari klien dan mengajarkan bagaimana caranya mengganti cara berfikir yang tidak rasional dengan rasional.

D. Teknik-teknik yang digunakan dalam Rational Emotive Therapy (RET)
Sebagaimana telah diuraikan dimuka bahwa inti dari konseling rasional emotif adalah menghilangkan cara berfkir yang tidak logis yang dapat menimbulkan gangguan emosional.
Untuk mengatasi masalah tersebut digunakan berberapa teknik konseling rasional emotif sebagai berikut (Corey, 1997):
a. Teknik pengajaran
Dalam konseling rasional emotif konselor mengambil peranan lebih aktif dari klien. Maka dari itu teknik pengajaran disini memberikan keleluasaan kepada konselor untuk berbicaara serta menunjukkan sesuatau kepada klien, teruatama menunjukkan bagaimana ketidaklogisan berfikir itu secara langsung menimbulkan gangguan emosional kepada klien.
b. Teknik konfrontasi
Dalam teknik konfrontasi ini, konselor menyerang ketidaklogisan berfikir klien dan membawa klien kearah berfikir logis empiris.
c. Teknik persuasif
Teknik persuasif, yaitu meyakinkan klien untuk mengubah pandangannya, karena pandangan yang ia kemukakan itu tidak benar. Konselor langsung mencoba meyakinkan dan mengemukakan berbagai argumentasi untuk memunjukkan apa yang diannggap oleh klien benar tidak bisa diterima atau tidak benar.
d. Teknik pemberian tugas
Dalam teknik ini konseor menugaskan klien untuk mencoba melakukan tindakan tertentu dalam situasi nyata. Teknik ini bisa dilakukan dengan menugaskan kepada klien untuk bergaul kepada anggota masyarakat kalau mereka merasa dikucilkan dalam pergaulan, membaca buku untuk memperbaiki kekeliruan cara berfikirnya.

Sumber :

Andi Mappiare AT. (2010). Pengantar Konseling dan Psikoterapi Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
W.S. Winkel dan M.M. Sri Hastuti. (2004) Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Yogyakarta: Media Abadi
Gerald Corey. (2010). Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Bandung: PT Refika Aditama.
Gerald Corey. (1997). Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Bandung: PT Eresco

Analisis Transaksional

Analisis transaksional awalnya dikembangkan oleh Eric Berne pada tahun 1960, yang dilatih sebagai psikoanalis Freud dan psikiater. TA berevolusi dari Berne ketidakpuasan dengan lambatnya psikoanalisis dalam menyembuhkan orang-orang dari masalah mereka. Berne keberatan utama psikoanalisis adalah bahwa sudah waktunya memakan, kompleks, dan kurang dikomunikasikan kepada klien. Secara historis, TA dikembangkan sebagai perpanjangan psikoanalisis dengan konsep dan teknik khusus dirancang untuk kelompok perlakuan. Berne menemukan bahwa dengan menggunakan TA kliennya adalah membuat perubahan signifikan dalam kehidupan mereka. Sebagai teori kepribadian berevolusi.
Eric berne melakukan percobaan selama hampir 15 tahun dan akhirnya berne merumuskan hasil percobaanya itu dalam suatu teori yang disebut “ Analisis Transaksional dalam psikoterapi” yang diterbitkan pada tahun 1961, selanjutnya tahun1964 dia menulis pula tentang “ games people play “dan tahun 1966 menerbitkan “Principles of Group treatment”. Pengikut Eric Berne adalah Thomas Harris, Mc Neel J. dan R.Grinkers. Sejak kematian Berne, 1970, pengikutnya selalu berupaya mengembangkan AT ini. AT yang pada mulanya dipergunakan Berne untuk terapi kelompok, sekarang telah meluas pula untuk terapi Individual dan tersebar luas baik di Amerika Serikat maupun di Amerika Selatan, Eropa, India atau Jepang.
Pandangan analisis transaksional tentang hakekat manusia ialah :
a. Pada dasarnya manusia mempunyai keinginan atau dorongan – dorongan untuk memperoleh sentuhan atau “stroke”.
b. Kehidupan manusia bukanlah merupakan sesuatu yang telah ditentukan (anti deterministik)
c. Manusia mampu memahami keputusan-keputusannya pada masa lalu & kemudian dapat memilih untuk memutuskan kembali atau menyesuaikan kembali keputusan yang pernah diambil
d. Manusia mempunyai kebebasan untuk memilih & dalam tingkat kesadaran tertentu indivu dapat menjadi mandiri dalam menghadapi persoalan hidupnya
e. Hekekat manusia selalu ditempatkan dalam interaksi sebagai dasar pertumbuhan dirinya.
f. Manusia dapat ditingkatkan, dikembangkan dan diubah secara langsung melalui proses yang aman, menggairahkan dan bahkan menyenangkan.

Dasar Filosofi dan Tujuan Analisis Transaksional.
Analisis transaksional (AT) berakar pada sebuah filsafat antideterministik bahwa manusia sanggup melampaui pengondisian dan pemograman awal. Disamping itu, analisis transaksional berpijak pada asumsi-asumsi bahwa setiap orang sanggup memahami putusan-putusan masa lampaunya dan bahwa mereka pun mampu memilih untuk kemudian memutuskan kembali setiap keputusan yang telah dibuat sebelumnya (Covey, 2005). Dengan demikian analisis transaksional meletakkan kepercayaan pada kesadaran dan kesanggupan individu.
Sebagai pendiri dan pengembang AT, Berne (Spanceley, 2009) memiliki pandangan optimis tentang hakikat individu, yaitu: a. Individu adalah makhluk yang mempunyai kemampuan untuk hidup sendiri. Individu memiliki potensi untuk mengelola dirinya, termasuk mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya, sehingga menjadi pribadi yang otonom dan mandiri, terlepas dari ketergantungan terhadap orang lain. b. Individu adalah makhluk yang memiliki potensi untuk membuat keputusan. Individu mempunyai kemampuan untuk membuat rencana-rencana kehidupan, kemudian memilih dan memutuskan rencana-rencana terbaik bagi dirinya. Rencana-rencana yang telah dibuatnya itu terus dinilai sesuai dengan irama perkembangan hidupnya, sehingga ia dapat memutuskan rencana yang lebih baik lagi bagi kehidupan selanjutnya. c. Individu adalah makhluk yang bertanggung jawab. Individu bukan hanya mampu hidup mandiri dan membuat keputusan untuk dirinya, namun ia juga mampu bertanggung jawab atas pilihan dan putusan yang diambilnya serta konsekuensi yang akan ditimbulkannya. Pandangan ini sangat mempengaruhi usaha-usaha bantuan terapi terhadap klien. Dalam hal hubungan terapis dan klien, maka ciri hubungan idealnya adalah transaksi sejajar (compliment) dalam proses terapi dan keduanya harus sama-sama berbagi tanggung jawab dalam penetapan dan pencapaian tujuan terapi.
Berne (1961) kemudian menjadikan argumentasi mengenai hakekat individu tersebut sebagai indikator menunjuk pada istilah OK bagi setiap individu. Oleh sebab itu hubungan diantara individu harus mencapai keadaan OK dengan jalan masing-masing harus mengakui prinsip dasar hakekat individu. Secara garis besar tujuan analisis transaksional dapat dijelaskan (Steiner, 2005) sebagai berikut : a. Mencapai otonomi diri termasuk menggunakan setiap unsur status ego secara sadar dan memadai. b. Membuat setiap individu menjadi akrab dengan metode analisis transaksional. Artinya bahwa pada saatnya akan terjadi pertukaran dalam bentuk transaksi, interaksi dan komunikasi yang sesuai tanpa mengganggu transaksi ciri status ego secara tumpang-tindih dan berlangsung secara spontan (menjadi kebiasaan).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dasar filosofi AT adalah bahwa manusia merupakan mahluk yang bebas, bertanggungjawab, mandiri dan sanggup melampaui keputusan awal dengan keputusan baru untuk menyongsong perubahan yang lebih baik. Oleh sebab itu konsep AT menggunakan dasar filosofi ini untuk mendudukan kembali fungsi-fungsi manusia sebenarnya melalui bentuk-bentuk transaksi yang seimbang, positif dan OK.

Pengertian Beberapa Konsep Utama Analisis Transaksional
Konsep utama merupakan unsur-unsur penting yang melengkapi model analisis transaksional secara keseluruhan. Adapun konsep utama tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :
a. Status Ego
Menurut Berne (1961) setiap gambaran tingkahlaku yang diperlihatkan individu sebagai manifestasi dari proses psikologis dalam dirinya terbentuk atas proses hasil timbal-balik setelah individu menafsir dan mengolah setiap informasi yang diterima dari dunia di luar dirinya diistilahkan sebagai status Ego atau Ego State.
Berne (1961) mula-mula mengategorikan secara garis besar unsur-unsur yang dapat ditemukan dalam kepribadian manusia menjadi tiga jenis status Ego, yaitu, eksteropsikis (“ekstero” berarti “dari luar”), arkeopsikis (“arkeo” berarti “dari dulu”), dan neopsikis (“neo” berarti “dari masa kini”). Eksteropsikis adalah pengaruh psikis dan pengalaman dalam diri seseorang yang didapatkan dari mereka yang pernah membesarkan seseorang sebagai anak kecil, yaitu orangtua dan orang dewasa yang berada di dalam sebuah keluarga. Arkeopsikis adalah pengaruh psikis yang didapatkan dari sisa-sisa pengalaman mereka sebagai seorang anak kecil. Akhirnya, yang dimaksud dengan neopsikis adalah pengalaman baru di dalam kehidupan sehari-hari mereka sebagai orang dewasa yang berpikiran rasional. Setiap individu pasti mendapatkan beberapa pengaruh tersebut dalam ciri kepribadiannya.
Istilah-istilah ini dinilai Berne terlalu sulit untuk dimengerti oleh masyarakat umum. Oleh karena itu, Berne memakai istilah yang lebih mudah untuk dimengerti yaitu pengaruh eksteropsikis disebutnya dengan istilah status Ego Parent atau status Ego Orangtua, arkeopsikis diganti dengan status Ego Child atau status Ego Anak, dan neopsikis dinamai status Ego Adult atau status Ego Dewasa. status Ego yang menjadi karakter seseorang ketika dia melakukan transaksi dengan yang lainnya dapat diketahui dari caranya dalam berkomunikasi, seperti pada kalimat yang diungkapkannya dan bagaimana cara dia berbicara.
Istilah status Ego berbeda dari istilah status Ego menurut pandangan Sigmund Freud (Boeree, 2006), yaitu id, ego dan super-ego. Karena bukan merupakan construct sebagaimana ciri status Ego Freud, maka bagian status Ego Berne adalah yang dapat diamati dengan indera dan merupakan bagian dari kenyataan fenomenologis (Harris, 1992).
1) Klasifikasi Status Ego
Status ego terbentuk dalam diri seseorang melalui pengalaman-pengalaman membekas dalam diri yang terbawa sejak masa kecilnya. Pengalaman tersebut meliputi pendapat, pandangan, sikap, hasil mencontoh perilaku Orangtua – para tokoh atau orang penting, yang mempengaruhi kehidupannya.
Ketiga status Ego ini akan menjadi bagian yang digunakan setiap orang dalam berinteraksi dengan orang lain. Dalam pandangan Harris (1992), proses tersebut muncul karena adanya pemutaran berulang setiap data kejadian baik menyangkut orang, waktu, keputusan, atau perasaan yang nyata pada waktu-waktu lalu yang hingga kini masih tersimpan. Setiap inisial status ego yang ditulis dengan huruf kapital (P-A-C), dimaksudkan untuk menunjuk pada status ego tidak aktif atau untuk menjelaskan ketiga status ego secara statis. Sebaliknya inisial status ego yang ditulis dengan huruf p-a-c, menunjuk bahwa yang dimaksud adalah status ego aktif.
a) Status ego Orangtua (Parent)
Jika individu merasa dan bertingkah laku sebagaimana Orangtuanya dahulu, maka dapat dikatakan bahwa individu tersebut dalam keadaan status ego Orangtua. Status ego Orangtua merupakan suatu kumpulan perasaan, sikap, pola-pola tingkah laku yang mirip dengan bagaimana Orangtua individu merasa dan bertingkah laku terhadap dirinya. Ada dua bentuk sikap Orangtua, yaitu: (1) Orangtua Pengritik (Critical Parent). Status ego Orangtua Pengritik secara keseluruhan adalah ekspresi pikiran dan perasaan seseorang dari sifat menghakimi. Orang yang memiliki status ego Orangtua Pengritik cenderung menyampaikan pesan larangan dan penilaian ketika menyampaikan pesan atau sesuatu kepada orang lain (Graham, 2009). Ungkapan-ungkapan dari status ego Orangtua Pengritik lebih bersifat pendapat atau opini mengenai sesuatu dan cenderung mengkritik atau menilai tanpa menerima alasan atau pembelaan dari lawan bicaranya, termasuk menolak memberikan solusi pemecahan masalahnya. Contoh: “Kamu bodoh, menyetrika baju saja kamu tidak bisa.” (2) Status Ego Orangtua Pembimbing (Nurtural Parent). Berbeda dengan status ego Orangtua Pengritik, status ego Orangtua Pembimbing cenderung berisi ungkapan pengertian dan kasih sayang. Sifat utamanya adalah layaknya orangtua yang baik, di antaranya adalah mengajarkan, mendukung, memberi bimbingan dan bahkan menentukan peraturan pada orang lain (Graham, 2009). Ekspresi wajah yang ditampilkan oleh orang dengan status ego Orangtua Pembimbing lebih terlihat tenang dan intonasi suara lembut. Contoh dari ungkapan status ego ini adalah: “Saya akan mengajari anda cara membuat laporan dengan benar, setelah itu silahkan anda mencoba untuk buat sendiri laporannya. Saya yakin Anda pasti bisa.”
b) Status Ego Dewasa (Adult)
Jika individu bertingkah laku secara rasional, melakukan testing realita, maka individu tersebut dikatakan berada dalam status ego Dewasa. status ego Dewasa dapat dilihat dari tingkah laku yang bertanggung jawab, tindakan yang rasional dan mandiri. Sifat status ego Dewasa adalah obyektif, penuh perhitungan dan menggunakan akal.
c) Status ego Anak (Child)
Status ego Anak berisi perasaan, tingkah laku dan bagaimana berpikir ketika masih kanak-kanak dan berkembang bersama dengan pengalaman semasa kanak-kanak. Jika individu melakukan, berperasaan, bersikap seperti yang dilakukan pada masa kanak-kanak, maka individu tersebut dalam kaadaan status ego Anak. status ego Anak dapat dilihat dalam dua bentuk, yaitu: (1) Status Ego Anak yang menyesuaikan (Adapted Child) Anak menyesuaikan diwujudkan dengan tingkah laku yang dipengaruhi oleh orangtuanya. Hal ini dapat menyebabkan anak bertindak sesuai dengan keinginan Orangtuanya seperti penurut, sopan dan patuh, sebagai akibatnya, anak akan menarik diri, takut, manja dan kemungkinan mengalami konflik. (2) Status Ego Anak yang Bebas (Free Child) Anak yang wajar akan terlihat dalam tingkah lakunya seperti lucu, tergantung, menuntut, egois, agresif, kritis, spontan, tidak mau kalah dan pemberontak.
2) Diagnosis status Ego
Ada empat cara untuk menentukan status ego sebagaimana dikemukakan oleh Berne (1961), yaitu : diagnosis perilaku, diagnosis sosial, diagnosis historis, dan diagnosis fenomenologi. Namun penekanannya lebih diarahkan pada diagnosis perilaku. a) Diagnosis perilaku, yaitu menilai ciri-ciri status ego melalui kata-kata, intonasi suara, tempo bicara, ekspresi, postur, gerakan badan, pernafasan dan gerakan otot dapat menjadi tanda dalam mendiagnosis status ego. b) Diagnosis sosial, yaitu mengamati ciri status ego seseorang melalui bentuk interaksi yang dilakukan terhadap orang lain. c) Diagnosis historis. Latar belakang dan gambaran masa lalu seseorang merupakan target pendiagnosis ini. Jika seseorang berpikir, merasa dan bertindak didominasi oleh status ego tertentu dan apa yang dimunculkan ternyata memiliki kesesuaian dengan kehidupan di masa lalu maka jelas bahwa secara historis wujud status ego telah terpenuhi. d) Diagnosis fenomenologis. Teknik diagnosis ini muncul ketika pengalaman masa silam menjadi bagian dari ingatan seseorang. Artinya diagnosis ini memfokuskan pada kemampuan uji-diri (self-examination). Kadang seseorang mampu secara akurat memastikan bahwa yang aktif dalam dirinya adalah status ego Anak, namun kadang juga sebaliknya bahwa yang semula status ego Anak ternyata status ego Dewasa.
3) Pencemaran dan Eksklusi Status Ego
Pencemaran atau kontaminasi status ego merupakan suatu situasi dimana batas antara status ego yang satu dengan status ego lainnya lemah, sehingga status ego tertentu mengalami pencemaran atau terpengaruh oleh status ego yang lain (Berne, 1961). Kontaminasi dapat terjadi pada status ego Orangtua ke Dewasa dan dari status ego Anak ke Dewasa. Kontaminasi juga dapat terjadi secara ganda, yaitu jika status ego Orangtua dan Anak mencemari status Ego Dewasa secara bersamaan.
Keadaan eksklusi (exclusive) terjadi jika seseorang tanpa sadar sering memperagakan penggunaan salah satu status ego dalam waktu lama atau menetap, sehingga kurang memberi kesempatan kepada status ego lainnya untuk berekspresi (Berne, 1961; de Blot, 2002). Sebagai contoh misalnya, penggunaan status ego Orangtua sehingga individu sering terlihat selalu menunjukkan perilaku menasehati, marah, membatasi, menunjukkan kewibawaan berlebihan, dan menghardik. Penggunaan status ego Dewasa secara tepat dapat mengarahkan individu untuk mempertimbangkan situasi yang sesuai menunjukkan kewibawaan, menasehati, marah, membatasi ataupun menghardik. Demikian halnya bila disadari, penggunaan status ego Anak akan membantunya untuk tidak selalu dengan ciri status ego Orangtua tetapi dapat menunjukkan perilaku bergurau, humor, atau dengan cara bermohon (de Blot, 2002). Individu dikatakan memiliki ciri kepribadian yang baik jika status Ego dewasa dapat menjadi pengendali dari ketiga status ego secara efektif dan sehat (Boholst, 2002).
4) Egogram
Egogram merupakan sejenis peraga untuk merekam sejauhmana fungsi status ego aktif yang tergambar melalui perilaku seseorang. Dussay (1984) menggambarkan rekaman setiap status ego seseorang menjadi semacam grafik yang dibuat secara intuitif. Egogram ini terdiri dari sebuah garis kolom dibagi lima untuk masing-masing fungsi status ego. Gambar 2 memperlihatkan egogram yang terdiri dari lima kotak sesuai status ego individu, sehingga hasil imajinasi seseorang terhadap status ego pribadinya akan menunjukkan kolom status ego mana yang menonjol terhadap kolom status ego lainnya.

Mekanisme pengubahan :
1. Tahap – tahap Konseling
Menurut Harris, proses konseling AT ada beberapa tahapan, al:
a. Pada bagian pendahuluan digunakan untuk menentukan kontrak dengan klien, baik mengenai masalah maupun tanggung jawab kedua pihak.
b. Pada bagian kedua baru mengajarkan Klien tentang ego statenya dengan diskusi bersama Klien ( Shertzer & Stone, 1980 : 209).
c. Kemudian membuat kontrak yang dilakukan oleh klien sendiri, yang berisikan tentang apa yang akan dilakukan oleh klien, bagaimana klien akan melangkah kearah tujuan yang telah ditetapkan, dan klien tahu kapan kontraknya akan habis. Kontrak bagi Dusay (Cosini, 1984 : 419 ) adalah berbentuk pernyataan klien – konselor untuk bekerja sama mencapai tujuan dan masing-masing terikat untuk saling bertangung jawab.
d. Setelah kontrak ini selesai, baru kemudian konselor bersama klien menggali ego state dan memperbaikinya sehingga terjadi dan tercapainya tujuan konseling.

2. Teknik Konseling
Dalam AT konseling diarahkan kepada bagaimana klien bertransaksi dengan lingkungannya. Karena itu, dalam melakukan konseling ini, konselor memfokuskan perhatian terhadap apa yang dikatakan klien kepada orang lain dan apa yang dikatakan orang lain kepada klien. Untuk itu, teknik yang sering digunakan dalam AT diantaranya adalah analisis struktur, analisis transaksional, analisis mainan dan analisis skript,.
1) Analisis Struktur
Analisis struktur maksudnya adalah analisis terhadap status ego yang menjadi dasar struktur kepribadian klien yang terlihat dari respons atau stimulus klien dengan orang lain
2) Analisis transaksional
Konselor menganalisis pola transaksi dalam kelompok, sehingga konselor dapat mengetahui ego state yang mana yang lebih dominan dan apakah ego state yang ditampilkan tersebut sudah tepat atau belum.
3) Analisis Mainan
Analisis mainan adalah analisis hubungan transaksi yang terselubung antara Klien dengan konselor atau dengan Lingkungannya. Konselor menganalisis suasana permainan yang diikuti oleh klien untuk mendapat sentuhan, setelah itu dilihat apakah klien mampu menanggung resiko atau malah bergerak kearah resiko yang tingkatnya lebih rendah.
4) Analisis Skript
Analisis Skript ini merupakan usaha konselor untuk mengenal proses terbentuknya skript yang dimiliki klien. Analisis skript ini hendaknya sampai menyelidiki transaksi seseorang sejak dalam asuhan orang tua, pada masa ini terjadi transaksi antara orang tua dengan anak-anaknya. Dan pada akhirnya terbentuk suatu tujuan hidup dan rencana hidup (script atau naskah). Hal ini dilakukan apabila konselor sudah meyakini bahwasanya kliennya terjangkit posisi hidup yang tidak sehat.

Kelemahan dan kelebihan
Dengan melihat Konsepsi, penekanan, serta pelaksanaanya, maka ada beberapa kelebihan dan kelemahan dari AT,
1. Kelebihan AT antara lain :
a. Punya Pandangan Optimis dan Realistis tentang Manusia.
AT memandang manusia dapat berubah bila dia mau. Manusia punya kehendak dan kemauan. Kemauan inilah yang memungkinkan manusia berubah, tidak statis. Sehingga manusia bermasalah sekalipun dapat berubah lebih baik, bila kemauannya dapat tumbuh.
b. Penekanan Waktu Sekarang dan Di sini.
Tujuan pokok terapi AT adalah mengatasi masalah klien agar dia punya kemampuan dan memiliki rasa bebas untuk menentukan pilihannya. Hal ini dimulai dengan menganalisis interaksinya dengan konselor atau orang lain. Dan itu adalah persoalan interaksi sekarang. Kini dan di sini (here and now).
c. Mudah Diobservasi.
Pada umumnya teori yang muncul dari laboratorium itu sulit diamati karena itu terlihat abstrak, sehingga kadang-kadang tak jarang pula yang hanya merupakan konstruk pikiran manusia penemunya. Berbeda dengan AT, ajaran Berne tentang status ego ( O, D dan A) adalah konsep yang dapat diamati secara nyata dalam setiap interaksi atau komunikasi manusia.
d. Meningkatkan Keterampilan Berkomunikasi
Fokus AT terpusat pada cara bagaimana klien berinteraksi, maka treatment juga mengacu pada interaksi, cara bebicara, kata-kata yang dipergunakannya dalam berkomunikasi. Karena itu, AT tidak hanya berusaha memperbaiki sikap, persepsi, atau pemahamannya tentang dirinya tetapi sekaligus mempunyai sumbangan positif terhadap keterampilan berkomunikasi dengan orang lain. Hal semacam ini tidak dimilliki oleh pendekatan lainnya.
2. Kelemahan yang dimiliki AT antara lain :
a. Kurang Efisien terhadap Kontrak Treatment
AT mengharapkan, kontrak treatment antara konselor-klien harus terjadi antara status ego Dewasa-dewasa. Artinya menghendaki bahwa klien mengikat kontrak secara realistis. Tetapi dalam kenyataannya, cukup banyak ditemui bahwa banyak klien yang punya anggapan jelek terhadap dirinya, atau tidak realistis. Karena itu, sulit tercapainya kontrak, karena ia tidak dapat mengungkapkan tujuan apa yang sebenarnya diinginkannya. Sehingga memerlukan beberapa kali pertemuan. Hal semacam ini dianggap tidak efisien dalam pelaksanaannya.
b. Subyektif dalam Menafsirkan Status Ego.
Apakah ungkapan klien termasuk status Ego Orang tua, Dewasa, atau Anak-anak merupakan penilaian yang subyektif. Mungkin dalam hal yang ekstrim tidak ada perbedaan dalam menafsirkannya. Tapi bila pernyataan itu mendekati dua macam status ego akan sulit ditafsirkan, dan mungkin berbeda antara orang yang satu dengan yang lainnya. Perbedaan dalam memahami status ego ini, menyebabkan sulitnya kesamaan dalam menakar egogram klien.MEKANISME PENGUBAHAN
1. Tahap – tahap Konseling
Menurut Harris, proses konseling AT ada beberapa tahapan, al:
a. Pada bagian pendahuluan digunakan untuk menentukan kontrak dengan klien, baik mengenai masalah maupun tanggung jawab kedua pihak.
b. Pada bagian kedua baru mengajarkan Klien tentang ego statenya dengan diskusi bersama Klien ( Shertzer & Stone, 1980 : 209).
c. Kemudian membuat kontrak yang dilakukan oleh klien sendiri, yang berisikan tentang apa yang akan dilakukan oleh klien, bagaimana klien akan melangkah kearah tujuan yang telah ditetapkan, dan klien tahu kapan kontraknya akan habis. Kontrak bagi Dusay (Cosini, 1984 : 419 ) adalah berbentuk pernyataan klien – konselor untuk bekerja sama mencapai tujuan dan masing-masing terikat untuk saling bertangung jawab.
d. Setelah kontrak ini selesai, baru kemudian konselor bersama klien menggali ego state dan memperbaikinya sehingga terjadi dan tercapainya tujuan konseling.
2. Teknik Konseling
Dalam AT konseling diarahkan kepada bagaimana klien bertransaksi dengan lingkungannya. Karena itu, dalam melakukan konseling ini, konselor memfokuskan perhatian terhadap apa yang dikatakan klien kepada orang lain dan apa yang dikatakan orang lain kepada klien. Untuk itu, teknik yang sering digunakan dalam AT diantaranya adalah analisis struktur, analisis transaksional, analisis mainan dan analisis skript,.
1. Analisis Struktur
Analisis struktur maksudnya adalah analisis terhadap status ego yang menjadi dasar struktur kepribadian klien yang terlihat dari respons atau stimulus klien dengan orang lain
2. Analisis transaksional
Konselor menganalisis pola transaksi dalam kelompok, sehingga konselor dapat mengetahui ego state yang mana yang lebih dominan dan apakah ego state yang ditampilkan tersebut sudah tepat atau belum.
3. Analisis Mainan
Analisis mainan adalah analisis hubungan transaksi yang terselubung antara Klien dengan konselor atau dengan Lingkungannya. Konselor menganalisis suasana permainan yang diikuti oleh klien untuk mendapat sentuhan, setelah itu dilihat apakah klien mampu menanggung resiko atau malah bergerak kearah resiko yang tingkatnya lebih rendah.
4. Analisis Skript
Analisis Skript ini merupakan usaha konselor untuk mengenal proses terbentuknya skript yang dimiliki klien. Analisis skript ini hendaknya sampai menyelidiki transaksi seseorang sejak dalam asuhan orang tua, pada masa ini terjadi transaksi antara orang tua dengan anak-anaknya. Dan pada akhirnya terbentuk suatu tujuan hidup dan rencana hidup (script atau naskah). Hal ini dilakukan apabila konselor sudah meyakini bahwasanya kliennya terjangkit posisi hidup yang tidak sehat.

sumber :
Dewa Ketut, Sukardi.1984.Pengantar Teori Konseling. Jakarta:Ghalia Indonesia

Muhammad Surya. 2003. Teori-teori Konseling. Bandung: Pustaka Bany Quraisy

http://kandidatkonselor.blogspot.com/2013/01/teori-dan-pendekatan-konseling-analisis.html. Diakses pada tanggal 23 April 2013